Get paid to share your links!

[airputih] Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia

Arif Tirto Aji
Tue, 22 Jan 2008 20:36:44 -0800
Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia 

 Avicenna, begitu orang-orang Barat memanggil dan menyebut Ibnu Sina,
seorang tokoh Islam abad ke 10 yang terkenal dengan ilmu perobatan dan
kedokterannya.

Jika orang-orang Barat berlaku jujur, tak lengkap rujukan mereka tanpa
menyebut Ibnu Sina. Ibnu Sina telah menjadi bahagian tak terpisahkan
dari perkembangan ilmu kedokteran dunia.

Ibnu Sina pernah menulis sebuah buku dengan judul, Al Qanun fi al Tibb.
Sebuah buku tentang ilmu kedokteran yang menjadi rujukan banyak ilmuwan.
Orang Barat menyebut buku ini dengan sebutan "The Canon", entah karena
kehebatan buku ini atau pindahan kata dari Al Qanun, tapi yang jelas,
buku ini sangat dahsyat pada zamannya.

Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina, itulah nama lengkap Ibnu Sina.
Ia lahir di Afsana, sebuah kota kecil dekat dengan kota Bukhara, tempat
asal ahli hadits ternama Bukhari, pada tahun 981. Ibnu Sina, saat
berumur sepuluh tahun, ia sudah hafal AL Qur'an dan sudah pula belajar
tentang ilmu kedokteran. Entah kenapa, banyak tokoh Islam ternama
berhasil menghafalkan Al Qur'an saat usianya sepuluh tahun. Mungkin bagi
mereka umur 10 tahun lebih penting keadaannya berbanding 17 tahun
seperti saat ini. Karena saat sepuluh tahun itulah angka umur mereka
bertambah satu digit lagi. mungkin sampai wafat nanti, umur mereka tak
sampai bertambah satu digit lagi.

Tak hanya belajar ilmu kedoktoran, di usianya yang masih sangat belia
itu ia juga belajar tentang logika dari gurunya Abu Abdallah Natili,
seorang filosof terkenal zaman itu. Ibnu Sina benar-benar mengagumkan,
sangat muda, tapi sangat berbakat. Ia menunjukkan minat dan keahliannya
di bidang-bidang yang ia tekuni. Seorang remaja dengan pengetahuan
kedokteran yang tinggi serta kedalaman ilmu agama, begitu kalangan
sekitar mengenal Ibnu Sina.

Pada saat usianya mencecah tujuh belas tahun, Allah memberinya jalan
yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ibnu Sina berhasil menyembuhkan
penyakit raja Bukhara saat itu, Nooh ibn Mansoor. Ini benar-benar
karomah Allah, sebab banyak tabib dan ahli tak berhasil meyembuhkan
penyakit sang raja sebelumnya.

Sebagai penghargaan sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana,
paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan.
Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya
meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno
dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas ditambah lagi.

Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan
kedokteran, ia juga ahli matematika. Tak hanya itu, ia pun seorang
filosof sekaligus ahli di bidang astronomi, juga seorang pustakawan dan
ahli psikatri yang handal.

Ibnu Sina juga terkenal sebagai seorang pengembara. Setelah kematian
ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru.
Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah
Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan
seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al Biruni. Al Biruni,
adalah guru baru dengan ilmu yang baru pula bagi Ibnu Sina.

Setelah Jurjan dan Al Biruni, tak lama Ibnu Sina melanjutkan lagi Tour
of Dutynya. Rayy dan Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana
karyanya yang spektakular The Canon mulai dituliskan. Di tempat ini pula
Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah
lelah, ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi
tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir
karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu
kedokteran khususnya.

Tak berlebihan sebetulnya Ibnu Sina mendapat julukan Bapa Kedoktoran
Dunia. Karena selain perkembang dunia perubatan awal tak bisa terlepas
dari nama besar Ibnu Sina, ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli
dalam dunia kedoktoran. Dalam The Canon misalnya, ia menulis
eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan
obat-obatan. Ia juga adalah orang yang memperkenalkan penyembuhan secara
sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Begitulah contoh jika ilmu-ilmu Allah dipelajari dan diamalkan dengan
benar.

Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia
secara lengkap untuk pertema kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan
bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki
kuku saling berhubungan. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia
kedoktoran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang
menjadi bagian penting dari ilmu kedoktoran.

Subhanallah, Ibnu Sina benar-benar luar biasa. Selain ilmu dan karya
yang telah disebutkan di atas ternyata masih banyak lagi yang tersisa,
dan semuanya penting serta vital pula. Ia adalah orang yang pertama kali
merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan
saling mendukung. Ia juga orang yang pertama kali mengatakan dan
memisah-misah seluruh bahagian dari mata. Maka kalau kita sekarang
mengenal kornea, pupil, retina, lensa optik dan setiap bagian dari mata,
seharusnya kita berterima kasih pada Ibnu Sina. Pendeknya, karya Ibnu
Sina, The Canon telah menjadi "kitab suci" dalam dunia kedoktoran sampai
saat ini.

Selain The Canon, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah
dahsyatnya pula. Ibnu Sina's Kitab As Sifa, begitu judulnya. Sebuah
kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kita ini di dunia
ilmu kedoktoran menjadi semacam ensiklopedia filosopi dunia kedoktoran.
Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama "Sanatio".

Kini hampir sepuluh abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu
dan karyanya sampai sekarang masih berguna. Kita generasi muda Islam,
tak cukup hanya bangga mempunyai Ibnu Sina, tapi bagaimana kita menjadi
Ibnu Sina muda yang jadi acuan dunia dan meninggikan kalimat Ilahi.

Ibnu Sina memang telah meninggalkan kita sejak tahun 1073 lalu, di kota
yang dicintainya, Hamadan. Tapi sebenarnya ia masih menemani dan
membimbing kita, khususnya orang-orang yang menekuni dunia kedoktoran.
Kelak jika kita diberi kesempatan Allah berkunjung ke Paris, pasti kita
akan temui foto Ibnu Sina terpampang dengan gagah di gedung fakulti
kedokteran yang megah. Semoga Allah merahmatinya.
 

0 komentar:

Posting Komentar